3 Jurus Bebaskan Jawa dari Ancaman Krisis Listrik
Jawa terancam dilanda krisis listrik pada 2018. Untuk menghindarinya, terdapat tiga jalan keluar. Apa saja?
Pengamat Kelistrikan dari Universitas Indonesia Iwa Garniwa mengatakan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengejar pembangunan infrastruktur kelistrikan di Jawa, khususnya untuk pembangkit baru.
“Kalau pembangunannya, tetap dibangun memang kebutuhannya itu,” kata Iwa saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Jumat (21/3/2014).
Jika pemerintah tidak bisa membangunan infrastruktur kelistrikan, agar tidak terjadi krisis pemerintah harus menahan laju pertumbuhan listrik. Pasalnya dalam satu tahun pertumbuhan kelistrikan Indonesia mencapai 9% atau membutuhkan 4 ribu MW pasokan listrik baru.
Namun, penahanan laju pertumbuhan tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, melesatnya pertumbuhan listrik disebabkan oleh pertumbuhan perekonomian
“Atau tahan kebutuhan pertumbuhan listrik tersebut, tapi sulit akan stuck,” ungkapnya.
Cara ketiga adalah dengan cara melakukakan penghematan. “konservasi energi, ini semua pilihan, menurut saya harus dilakukan tiga-tiganya,” tutur Iwa.
Iwa menambahkan, jika pembangunan infrastruktur kelistrikan mengalami hambatan karena tidak diperbolehkannya pinjaman dari luar negeri yang berakibat pada kekurangan dana. Maka, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus memberikan solusi untuk mengatasi krisis listrik tersebut.
“Bila pinjaman itu tidak dilakukan tapi beliau harus beri solusi, karena kita mengarah krisis, kalau tidak ada alternatif selesai perumbuhannya ditahan. Karena ekonomi butuh listrik, ” ungkapnya .
Sedangkan pembangunan proyek kabel listrik tegangan tinggi arus searah (High Voltage Direct Current/HVDC) yang yang akan menghubungkan sistem kelistrikan Sumatera dengan Jawa dia nilai tidak efektif untuk mengatasi krisis kelistrikan Pualu Jawa.
Pemerintah harus berpikir panjang untuk membangun proyek sepanjang lebih 700 kilometer (km) tersebut. Pasalnya, belum ada kejelasan waktu cadangan batubara yang akan menjadi sumber listrik di kabel tersebut.
“Kalau pembangunan Jawa Sumatera tidak membutuhkan itu, saya tidak sependapat karena untuk apa?. Sekarang kita berpikir ke depan jangan sesaat, berapa lama tambang batubara bisa masok?” papar dia.