Bagaimana Mengetahui Kopi Yang Berkualitas ?
Kopi yang bagus dihasilkan dari sederetan proses panjang. Dari mulai proses penanaman, panen, penyortiran, penyangraian (roasting), pengemasan, hingga penyajian. Panjang deh. Misalnya menanam pohon kopi harus ada naungan karena kalau terpapar sinar matahari langsung, kualitas biji kopi yang dihasilkan tidak bagus. Tentu saja tanaman harus bebas hama dan tidak kekurangan nutrisi. Lalu, petani kopi dianjurkan untuk merapikan pohon kopi, tujuannya untuk memudahkan pemetikan kopi.
Soal panen hingga penyangraian sudah pernah saya ceritakan di bagian ‘Perjalanan Sebutir Kopi Dinobatkan Menjadi Specialty Grade One’. Kopi berkualitas specialty grade one adalah yang paling bagus dan jumlahnya hanya sedikit. Menurut Mba Keke (Clarissa Halim dari JJ Royal), jumlah kopi specialty grade one tak lebih dari 10% total panen.
Jumlah tersebut bisa berkurang jika proses yang dilakukan petani, roaster (penyangrai), dan bagian pengemasan tidak sesuai aturan. Kualitas biji kopi specialty grade one itulah yang dibuat menjadi Kopi Tubruk. So, memang rumit untuk mendapatkan secangkir kopi yang berkualitas. Nah, pada saat membeli kopi, apa saja yang perlu diketahui untuk menentukan kualitas kopi tersebut?
“Kita lihat kemasannya. Kalau dikemas dalam plastik, pasti kualitas kopi tersebut akan turun,” kata Mba Keke. Kemasan yang bagus menggunakan kantong yang berbahan alumunium karena permeability-nya rendah, sehingga oksigen tidak mudah masuk ke dalam kemasan. Pada kemasan tersebut ada valve berupa lubang kecil satu arah yang berguna untuk mengeluarkan oksigen dari dalam kemasan.
Fungsi valve ini juga untuk mencium aroma kopi yang ada di dalamnya. Oksigen adalah musuh utama kopi yang telah disangrai karena kopi yang terkena oksigen akan teroksidasi sehingga kualitasnya turun.
Makanya kopi yang sudah dibuka kemasannya disarankan untuk dihabiskan dalam waktu seminggu karena kalau sudah lebih dari seminggu aromanya akan hilang dan rasanya akan berbeda. Oleh karena itu, disarankan untuk membeli kopi dalam kemasan kecil jika hanya untuk kebutuhan sendiri atau keluarga kecil. Kopi yang baru saja disangrai akan menghasilkan banyak oksigen yang menyebabkan kemasan akan menggembung. Jika tidak ada valve dikhawatirkan kemasan akan mudah pecah.
Selain terbuat dari kantong alumunium, kemasan kopi yang memiliki pengikat (tin tie) dibagian atas kemasannya. Tin tie ini berfungsi untuk mengikat kemasan yang telah dibuka sebelum disimpan dalam wadah penyimpanan. Oh ya, yang tidak kalah pentingnya adalah tanggal kadaluarsa (expiry date). Periksa kemasan kopi soal tanggal kadaluarsa ini. Kalau sudah kadaluarsa, disamping rasanya tidak enak dikhawatirkan akan membawa masalah bagi tubuh.
Secara fisik, kopi yang tersaji dipasaran ada yang berbentuk biji (bean yang sudah disangrai) dan bubuk (ground). Bentuk fisik kopi mana yang kita pilih? Itu tergantung selera karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kopi dalam bentuk biji merupakan pilihan pecinta kopi sejati karena citarasanya paling awet sehingga saat digiling, hanya saja kurang praktis karena harus memiliki mesin kopi atau mesin penggiling (grinder) untuk menggilingnya sebelum diseduh. Untuk pecinta kopi, hal ini tidak menjadi masalah karena bagi mereka menikmati kopi bukan hanya saat kopi terhidang dalam cangkir, melainkan juga proses penyajiannya.
Bahkan ada yang melakukan persiapan lebih panjang, yaitu membeli kopi dalam bentuk biji mentah (biji kopi yang sudah dikeringkan dan siap untuk disangrai) untuk disangrai sendiri. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat penyangraian yang sesuai dengan selera personal.
Kopi yang baik tentu saja yang baru saja disangrai karena aroma dan rasa dalam keadaan optimal. Penampakan fisik biji tersebut berwarna coklat tua dan mengilap (tergantung dari tingkat penyangraian). Kilapnya berasal dari minyak yang dikeluarkan biji kopi saat disangrai. Minyak inilah yang salah satu unsur dari body (kekentalan) kopi.
Bentuk fisik kopi lainnya adalah bubuk. Kelebihannya, bisa langsung diseduh setiap saat, hanya saja masih menyisakan ampas. Tingkat kehalusan bubuk kopi pun beragam tergantung peruntukannya. Ada yang kasar bila digunakan untuk espresso, Ada pula yang halus bila digunakan untuk kopi tubruk. Dalam menikmati kopi tubruk, rasa yang paling enak adalah ketika kopi sudah mulai dingin dan tinggal sedikit, kadang ampasnya suka dicicip juga. Kopi tubruk punya histori menarik di Indonesia.