Beringin Alun-alun Yogya Terbakar, Dipercayai Pertanda Buruk? – Terbakarnya salah satu pohon beringin kembar yang biasa disebut ringin kurung Alun-alun Selatan (Alun-Alun Kidul) Kraton Yogyakarta pada Minggu malam, dipercaya sebagian masyarakat sebagai shasmita atau petunjuk akan terjadinya peristiwa besar. Kejadian masa silam, baik itu terbakar atau robohnya salah satu Ringin Kurung selalu diikuti peristiwa besar.
Warga Prawirotaman Dewa mengatakan peristiwa terbakarnya salah satu Ringin Kurung sebagai pertanda hilangnya kemakmuran di bumi nusantara. Nusantara yang dimaksud bisa berarti Yogyakarta maupun Indonesia, yang pernah menjadi kekuasaan dari kerajaan Majapahit. Di mana Kerajaan Mataram (Kraton Yogyakarta) keturunan dari kerajaan Majapahit.
“Iku tandane Sirno ilang kertaning bumi (hilangnya kemakmuran di bumi ). Atau juga tanda kesucian telah hilang. Seharusnya dulu itu Alkid (alun-alun kidul) sepi tempat untuk merenungkan diri. Tidak seperti sekarang jadi ramai untuk wisata,” ujar Dewa kepada Liputan6.com, Senin (4/8/2014) dini hari.
Sementara Marsono, warga Taman, Patehan, Kraton, Yogyakarta menyebutkan sejak beberapa puluh tahun terakhir, baru kali ini Ringin Kurung alun-alun selatan terbakar secara tiba-tiba. “Setahu saya ya baru kali ini ringin kurung di alun-alun kidul ini terbakar. Sebelum-sebelumnya tidak pernah terjadi,” kata warga Njeron Benteng ini.
Kakek berumur 73 itu mengatakan, peristiwa terbakarnya pohon beringin Kraton Yogyakarta juga pernah terjadi di pada 1961 silam. Di mana salah satu Ringin Kurung yang berada di alun-alun utara terbakar habis.
“Dulu tahun 1961 ringin kurung di alun-alun utara itu juga pernah terbakar. Yang sebelah timur juga. Saat itu bertepatan dengan pekan raya. Setelah itu kan 4 tahun kemudian tahun 1966 terjadi Gestapu,” kata Marsono.
Marsono juga mempercayai, terbakarnya salah satu pohon beringin di alun-alun selatan ini akan diikuti peristiwa tertentu. Cucu abdi dalem Kraton, Lurah Proyo Dinejo –yang dulu bertugas mengurus Ringin Kurung Kraton Yogyakarta– itu mencontohkan, peristiwa tertentu itu seperti saat menjelang wafatnya Sri Sultan Hamengkubuwono IX, salah satu Ringin Kurung di alun-alun utara tiba-tiba roboh.
“Biasanya memang begitu. Kalau tidak ada keluarga kraton yang akan meninggal ya bisa jadi akan ada sesuatu hal lain. Tapi biasanya itu skalanya nasional,” pungkasnya.
Sementara menurut budyawan Yogyakarta Purwadi mengatakan, jika benar terbakarnya akibat tangan-tangan oknum tidak bertanggung jawab, maka peristiwa ini menjadi pertanda hilangnya tanda kemanusiaan di tanah Jawa. Yakni memayu hayuning bawana, yaitu sikap mencintai alam.
“Kalau benar karena puntung rokok, berarti kita di tanah Jawa sudah kehilangan salah satu pegangan hidup, yaitu mamayu hayuning bawana. Hidup harus selaras dan menjaga keseimbangan dengan alam. Rusak,” tegas Purwadi seperti dilansir Beritajogja.co.id.